1)
Assalamualaikum tweeps... inilah #NgajiHikam BAB-2. Selamat mengikuti tweeps...
2)
Ibnu Athaillah brkata: “Kehendakmu utk tajrid tatkala Allah tempatkanmu pd
status asbab, adalah syahwat yg tersembunyi.” #NgajiHikam >>
3)
>> “Sedangkan kehendakmu pd asbab tatkala Allah menempatkanmu pd status
tajrid, adalah kemerosotan dr cita2 yg tinggi” #NgajiHikam
4)
Hikmah ini berkisar pd 2 poros; yg 1 disebut “tajrid”, yang 1 lagi disebut
“asbab”. Apakah arti dari dua kalimat itu? #NgajiHikam
5)
Kita selalu dihadapkan pada 2 keadaan ini, tajrid dan asbab. Maka penting bagi
kita tuk mengilmui keduanya. #NgajiHikam
6)
[1] seseorang mendapati dirinya tersandera oleh alam asbab (sebab-sebab dan
perantara). #NgajiHikam
7)
Kemana dia bergerak, dia tidak bisa menghindar dari sebab2 dan perantara.
Inilah yg disebut keadaan “asbab”. #NgajiHikam
8)
[2] Seseorang mendapati dirinya terjauhkan dari pengaruh asbab; ia tidak
memiliki jalan menuju asbab, #NgajiHikam
9)
Keadaan ini disebut keadaan “tajarrud” atau “tajrid” (terlepas dari sebab-sebab
dan perantara). #NgajiHikam
10)
Nah, tiap mukmin harus melihat status yg telah ditentukan Allah untuk dirinya,
lalu dia beramal sesuai dengan status itu. #NgajiHikam
11)
Ia tidak boleh terburu mengikuti kemauannya sendiri tatkala menerapkan tatanan
asbab atau tajrid #NgajiHikam >>
12)
>> dengan tanpa terlebih dahulu memperjelas keadaan & posisi yg telah
ditentukan Allah utknya. #NgajiHikam
13)
Jika yang terjadi sedemikian halnya, maka sesungguhnya ia sedang menuruti
kemauannya sendiri #NgajiHikam >>
14)
>> meskipun di permukaan tampaknya ia sedang menjalankan perintah Allah
& melaksanakan hukum2-Nya.
15)
Demikian arti hikmah BAB-2 ini. Namun mari kita uraikan hikmah ini melalui
gambaran2 dari peristiwa2 yang kita alami. #NgajiHikam
16)
Seseorang yg diberi wewenang oleh Allah menjadi kepala rumah tangga, dengan
seorang istri & beberapa anak. #NgajiHikam
17)
Dg demikian, dia telah diliputi sebab2 yg menariknya untuk mencari rezeki dan
bekerja keras untuk memperoleh rezeki. #NgajiHikam
18)
Bayangkan kalau org ini berusaha naik pada tingkatan kesalehan & ketakwaan,
menuju tangga tauhid & tawakal #NgajiHikam >>
19)
>> seraya berkata dalam hatinya: aku tidak perlu lagi ke pasar, tak perlu
lagi bekerja keras untuk mendapatkan rezeki, #NgajiHikam >>
20)
>> Karena aku yakin dg firman Allah: Maka mintalah rezki itu di sisi
Allah. (QS al-‘Ankabut [29]: 17) #NgajiHikam
21)
Aku akan melepaskan diri dari kesibukan duniawi, dari kesibukan di pasar,
menuju ibadah kepada Allah. #NgajiHikam
22)
Lalu org ini pun berhenti ke pasar, tak lagi bekerja dg dalih bahwa ia akan
menenggelamkan diri dalam lautan tauhid. #NgajiHikam
23)
Dia tak lagi berhubungan dg sebab2, krn ia telah memandang pada Dzat yg
menciptakan sebab2 itu (Allah SWT)! #NgajiHikam
24)
Maka org ini adalah contoh yg pas utk hikmah ke-2 Ibnu ‘Aṭa’illāh ini, dan ia harus diperingatkan dg hikmah itu.
#NgajiHikam
25)
Kita katakan kpdnya: “Kehendakmu utk tajrid tatkala Allah menempatkanmu pd
status asbab, merupakan syahwat tersembunyi.” #NgajiHikam
25)
Kita katakan kpdnya: “Kehendakmu utk tajrid tatkala Allah menempatkanmu pd
status asbab, merupakan syahwat tersembunyi.” #NgajiHikam
26)
ia tampak sedang menerapkan sikap ketauhidan, namun hakikatnya ia sedang
mengikuti hawa nafsunya. Kenapa begitu? #NgajiHikam
27)
Ya, krn Allah tlh menempatkannya pd posisi asbab, sbg kepala rumah tangga, maka
mestinya ia bekerja. Itu perintah Allah. #NgajiHikam
28)
Tapi ia tak mau bekerja, malah ibadah terus utk wushul pd Allah. So sejatinya
ia sdg mengikuti nafsunya yg tersembunyi. #NgajiHikam
29)
Org macam ini tlh berperangai buruk pd Allah, dg memaksakan diri lepas dr
tatanan-alam-Nya & ketentuan-Nya. #NgajiHikam
30)
So bagi org yg diposisikan dlm status asbab, bekerja itulah ibadahnya,
bahagiakan kelurga itulah wiridnya. #NgajiHikam
31)
Menganggap ibadah terbatas pd amalan2 tertentu saja, sedangkan selain itu hanya
urusan duniawi, adalah keliru fatal! #NgajiHikam
32)
Seluruh perbuatan baik itu ibadah, jika dg niat yg benar & ikhlash karena
Allah SWT. #NgajiHikam
33)
Hanya saja perbuatan baik juga melihat keadaan tiap org & tugas2 yg
ditetapkan Allah pada masing2 mereka. #NgajiHikam
34)
Maksudnya, tak semua perbuatan baik itu juga baik utk semua org. Kebaikan atau
ketidak-baikan suatu perbuatan bergantung #NgajiHikam >>
35)
>> pada keadaan org yg melakukan perbuatan itu, serta pada posisi yg tlh
ditentukan oleh Allah utk org itu. #NgajiHikam
36)
Bagi org yang kehidupannya oleh Allah dipisahkan dari relasi sosial, dijauhkan
dari tanggung-jawab rumah tangga, #NgajiHikam >>
37)
>> amal salehnya terwujud dlm ibadah personal yg faedahnya kembali pada
orang itu saja. #NgajiHikam
38)
Bagi org yg oleh Allah ditempatkan dlm posisi penangung-jawab sosial-politik,
amal salehnya terwujud dlm melayani umatnya #NgajiHikam
39)
Bagi yg bertugas menjaga perbatasan negara, amal salehnya adalah menjalankan
tugas-tugas khususnya dengan ikhlas. #NgajiHikam
40)
Begitu seterusnya, dengan catatan kita tidak melupakan kewajiban pokok, seperti
salat lima waktu, puasa, dll #NgajiHikam
41)
Selanjutnya, ada orang2 yang oleh Allah dijauhkan dari keterhubungan dengan
asbab (sebab-sebab dan perantara) #NgajiHikam
42) Zaid,
misalnya, tdk memiliki tanggung-jawab apapun, terkait dengan istri, anak-anak,
kerabat dan famili. #NgajiHikam
43)
Sementara ia telah memiliki bekal penghidupan yg cukup plus hal-hal pokok
lain yang diperlukan. #NgajiHikam
44)
Dlm keadaan ini, si Zaid akan ditarik oleh dua kecenderungan yang bertolak
belakang. #NgajiHikam
45)
Kecenderungan pertama berkata: “Kini kamu tlh memiliki sarana2 yg cukup utk
hidupmu. Kenapa kau tdk cukupkan dg itu saja? #NgajiHikam
46)
Tinggalkan keinginanmu utk menambah kekayaan dunia yang tidak kau perlukan itu,
lalu waktumu kau gunakan utk >> #NgajiHikam
47)
>> memperdalam pengetahuan agama, menjalankan ibadah dan melayani agama
Allah SWT?” #NgajiHikam
48)
kecenderungan kedua akan berkata: “Bangkit & carilah tambahan rezeki. Krn
Allah membenci hamba yg menganggur. #NgajiHikam >>
49)
>> Dahulu Umar RA mendatangi para pengangguran di masjid dan memukuli
mereka dg tongkatnya. #NgajiHikam
50)
Menurut Anda, apa yang seharusnya dilakukan orang ini (Zaid), dan seruan mana
yang mestinya ia penuhi? #NgajiHikam
51)
Nah, yg menjawab pertanyaan itu adalah bagian terakhir dari hikmah kedua Ibnu
‘Aṭa’illāh tersebut, yakni: >> #NgajiHikam
52)
>> “Kehendakmu u/ tajrid tatkala Allah menempatkanmu pd status
asbab, adalah syahwat yg tersembunyi.” #NgajiHikam
53)
Maksudnya, jika Anda hendak bermalas-malasan krn mengandalkan bekal penghidupan
yang cukup itu; >> #NgajiHikam
54)
>> Anda makan, minum, tidur, senang2 hingga mati, maka jelas itu ciri
khas kehidupan binatang. #NgajiHikam
55)
Namun jika keterlepasan dari asbab itu membuat Anda fokus mengkaji agama
Allah, terlepas dari kegiatan duniawi >> #NgajiHikam
56)
maka itulah jalan yg benar. Itulah jalan yg lebih layak bagi orang2 yg berjiwa
besar dan memiliki cita2 tinggi. #NgajiHikam
57)
Sebab memang Allah telah menempatkan Anda pada keadaan tajrid (terlepas
dari sebab2 dan perantara) #NgajiHikam
58)
Maka ketimbang mengejar asbab yg oleh Allah dijauhkan dari Anda itu, lbh
baik Anda menuju Allah yg ‘mengejar’ Anda. #NgajiHikam >>
59)
>> tentu dengan cara melayani agama-Nya, mempelajari syariat-Nya, atau
fokus beribadah kepada-Nya. #NgajiHikam
60)
Jika org yg dlm posisi tajrid itu membantah: “Bukankah bekerja itu juga
ibadah?” #NgajiHikam
61)
Maka pikiran seperti itu hanyalah godaan dari setan saja. Itu adalah bentuk
dari kemerosotan cita2 yg tinggi #NgajiHikam
62)
Andai pikiran spt itu benar, pasti kita akan menilai bodoh pd para pemuda yg
belajar Islam di berbagai belahan dunia ini. #NgajiHikam
63)
Mereka bisa saja mengabaikan keadaan tajarrud yg ditetapkan Allah, dan
memilih bekerja menumpuk kekayaan. #NgajiHikam
64)
Tapi faktanya mereka lebih memilih belajar & beramal sesuai dg keadaan
tajarrud yg telah ditetapkan oleh Allah itu. #NgajiHikam
65)
Mereka bergegas menuju pesantren2 di berbagai dunia Islam, fokus belajar &
beribadah. Tak bekerja sama sekali. #NgajiHikam
66)
Selagi para pemuda itu oleh Allah belum diserahi tanggung-jawab urusan rumah
tangga, urusan masyarakat atau politik #NgajiHikam >>
67)
>> maka kita mesti angkat topi terhadap mereka, dan menilai mereka
sebagai barisan orang2 Istimewa. #NgajiHikam
68)
Tapi jika seseorang oleh Allah telah diserahi tanggung-jawab urusan rumah
tangga, urusan masyarakat, dll #NgajiHikam >>
69)
>> lalu ia malah meninggalkan tugas penting yg telah ditetapkan Allah
itu, lalu fokus ibadah atau malah pergi mondok >> #NgajiHikam
70)
maka berarti ia telah menyalahi tatanan dan arahan Islam, menyalahi apa yg
ditetapkan dan dibebankan Allah terhadapnya. #NgajiHikam
71)
Maka, syariat adalah neraca yang bisa dijadikan ukuran untuk mengetahui keadaan
setiap orang; #NgajiHikam
72)
apakah seseorang berada dlm keadaan tajarrud, terbebas dari asbab, atau
sedang ada dlm keadaan terikat oleh asbab. #NgajiHikam
73)
Jika seseorang melangkahi neraca syariat lalu beralih mengikuti kecenderungan
pribadinya sendiri >> #NgajiHikam
74)
>> berarti ia tlh terjerumus pada “syahwat tersembunyi”, atau “merosot
dari cita yg tinggi”. #NgajiHikam
75)
Sekadar contoh: seorang ayah berkata pada anaknya, “Aku akan memenuhi segala
kebutuhan hidup yang kau perlukan, >> #NgajiHikam
76)
>> kamu tak perlu bekerja, namun kamu harus fokus untuk belajar al-Quran
dan mempelajari hukum2 syariat Allah.” #NgajiHikam
77)
Dengan demikian, berarti Allah telah menempatkan anak itu dalam posisi tajrid,
berdasarkan neraca syariat & hukumNya. #NgajiHikam
78)
Maka, yang dituntut darinya adalah beramal sesuai dengan posisi yang telah
ditetapkan oleh Allah ini. #NgajiHikam
79)
Ia harus fokus untuk mempelajari kitab Allah, hukum2 syariat-Nya, dan mendalami
ilmu-ilmu agama. #NgajiHikam
80)
Anak ini tak perlu diceramahi soal perintah mencari rezeki, syariat melarang
kamu menganggur, dll. #NgajiHikam
81)
Sebab perintah bekerja itu hanya bagi mereka yg punya tanggungjawab, &
kebutuhan hidupnya tak dipenuhi oleh siapapun. #NgajiHikam
82)
Adapun org yg oleh Allah ditakdirkan ada penjamin kebutuhan hidupnya, maka tak
boleh dikhotbahi dg hukum syariat yg itu. #NgajiHikam
83)
Terlebih, anak muda dalam contoh di sini tdk sedang menganggur, akan tetapi
beralih tugas >> #NgajiHikam
84)
>> dari usaha mencari rezeki yg sudah ditanggung ayahnya itu, pada usaha
mempelajari ilmu syariat & mendalami agama. #NgajiHikam
85)
Maka jika pemuda seperti ini masih memaksakan diri utk berbisnis, berarti ia
telah merosot dari cita2 yg tinggi. #NgajiHikam
86)
Demikian untuk #NgajiHikam Bab II malam
ini. Semoga bermanfaat. Kita berjumpa besok malam di #NgajiHikam Bab III. Wassalamualaikum.
Sumber: @sidogiri
Salam : Ahmad Zakariya
@KangZakariya