Assalamu'alaikum. Wr. Wb
Salam kawan - kawan saya akan coba nge-share sedikit tentang Maulid Dziba', tulisan isi saya dapat setelah saya bertapa dan berkelana kesana - kemari di dunia maya (Dunia Internet).
hehehe...
semoga bermanfaat dan menambah kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW.
يا بدر تم حاز كل كمال # ماذا يعبر عن علاك مقالي
wahai purnama yang memiliki segala kesempurnaan
dengan ucapan apa bis aku ungkapkan kemulyaanmu
Maqbarah Syeikh Isma'il Jabarti (Zabid) yang di dalamnya terdapat maqam Abdurrahman Ad Diba'i
Pelantun syair pujian atas Nabi Muhammad SAW. yang lebih dikenal dengan
Maulid Diba` ini, bernama lengkap Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin
Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar Ad Diba`i Asy Syaibaniy,
beliau juga dikenal dengan julukan Ibn Diba`. Sebenarnya kata "Diba`"
adalah julukan (laqob) kakeknya yang bernama Ali bin Yusuf Diba` yang
dalam bahasa Sudan berarti putih. Dalam kitabnya yang berjudul Bughyatul
Mustafid, beliau menuliskan di bagaian akhir kitab tersebut tentang
sekilas riwayat hidupnya. Disebutkan bahwa beliau dilahirkan di kota
Zabid (salah satu kota di Yaman utara) pada sore hari Kamis, 4 Muharram,
866 H.
Sekilas Geografis Zabid
Zabid adalah salah satu kota tua yang terletak di Yaman utara. Sekarang
kota Zabid termasuk dalam kawasan propinsi Hudaidah. Letak geografisnya
berada di tengah-tengah lembah Zabid, yang berjarak 40 kilometer dari
laut merah. Dahulu kota Zabid dikenal juga dengan nama "Hushoib".
Zabid merupakan salah satu kota pusat keilmuan di Yaman, di mana sejarah
mencatat banyak ulama-ulama dari berbagai penjuru belahan dunia yang
datang untuk menuntut ilmu atau sekedar mencari sanad hadis di kota ini.
Bahkan tak jarang dari mereka yang akhirnya enggan kembali ke daerah
asalnya dan memilih untuk tinggal di kota Zabid sampai akhir hayatnya.
Kota ini sudah dikenal sejak masa hidupnya Nabi Muhammad SAW, tepatnya
pada tahun ke-8 Hijriyah. Di mana saat itu datanglah rombongan suku
Asy`ariah (di antaranya adalah Abu Musa Al Asy`ari) yang berasal dari
Zabid ke Madinah Al Munawwaroh untuk memeluk agama Islam dan mempelajari
ajaran-ajarannya. Karena begitu senangnya atas kedatangan mereka, Nabi
Muhammad SAW. berdoa memohon semoga Allah SWT. memberkahi kota Zabid dan
Nabi mengulangi doanya sampai tiga kali (HR. Al Baihaqi). Dan berkat
barokah doa Nabi, hingga saat ini, nuansa tradisi keilmuan di Zabid
masih bisa dirasakan. Hal ini karena generasi ulama di kota ini sangat
gigih menjaga tradisi khazanah keilmuan Islam.
Di Zabid terdapat masjid Asya`ir yang dibangun sejak tahun ke-8
Hijriyah, masjid yang dibangun oleh Abu Musa Al Asy`ari ini merupakan
salah satu dari ketiga masjid yang dibangun oleh sahabat Nabi di Negeri
Saba' (Yaman).
Masa Kecil Ibn Diba`
Pengarang Maulid Diba`i ini lahir ketika ayahnya sedang bepergian, dan
sampai akhir hayatnya beliau tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Beliau
diasuh oleh kakek dari ibunya yang bernama Syeikh Syarafuddin bin
Muhammad Mubariz yang juga seorang ulama besar yang tersohor di kota
Zabid saat itu. Meskipun demikian, ketiadaan sosok ayah tidak menjadi
penghalang bagi Ibn Diba` untuk menuntut ilmu pada ulama-ulama besar
Zabid.
Semenjak kecil, Ibn Diba` sudah sangat giat dalam menimba ilmu kepada
para ulama. Beliau belajar membaca Al Quran dibawah bimbingan Syeikh
Nuruddin Ali bin Abu Bakar lalu berpindah kepada mufti Zabid Syeikh
Jamaluddin Muhammad Atthoyyib yang masih terhitung pamannya sendiri.
Setelah gurunya melihat bakat kecerdasan istimewa yang dimiliki Ibn
Diba`, maka sang Mufti menyuruhnya untuk membaca Al Quran dari awal
hingga akhir. Berkat kecerdasan dan ketekunan, beliau sudah bisa
menghafal Al Quran saat masih berusia sepuluh tahun.
Tak lama setelah beliau berhasil menghatamkan Al Quran, Ibn Diba'
mendengar berita duka bahwa ayahnya telah meninggal dunia di salah satu
daerah di daratan India. Beliau mendapatkan harta warisan sebanyak 8
Dinar. Meninggalnya ayah beliau tak memadamkan motivasi Ibn Diba` dalam
menuntut ilmu, malah sebaliknya beliau makin semangat. Setelah peristiwa
itu, beliau memutuskan untuk belajar ilmu Qiroat dengan mengaji Nadzom
(bait) Syatibiyah dan juga mempelajari ilmu Bahasa (gramatika),
Matematika, Faroidl, Fikih, dengan masih di bawah bimbingan pamannya.
Atas arahan pamannya, beliau disuruh untuk mengaji kitab Zubad (nadlom
Fiqh madzhab Syafi`i) kepada Syeikh Umar bin Muhammad Al Fata Al
Asy`ari.
Ibn Diba' Menimba llmu
Kemudian setelah menghatamkan kitab Zubad, dengan bermodal uang harta
warisan yang didapat dari ayahnya, Ibn Diba` menempuh perjalanan jauh
menuju tanah Haram Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sepulang dari
Makkah, beliau disambut dengan berita duka bahwa kakeknya meninggal
dunia. Sepeninggal kakeknya, Ibn Diba` tinggal bersama pamannya sambil
tetap mengkaji beberapa ilmu di bawah bimbingan pamannya.
Pada tahun 885 H. beliau berangkat ke Makkah lagi untuk menunaikan
ibadah haji yang kedua kalinya. Sepulang dari Makkah, Ibn Diba` kembali
lagi ke Zabid. Beliau mengkaji ilmu Hadis dengan membaca Shohih Bukhori,
Muslim, Tirmidzi, Al Muwattho` di bawah bimbingan Syeikh Zainuddin
Ahmad bin Ahmad Asy Syarjiy. Di tengah-tengah sibuknya belajar Hadis,
Ibn Diba' menyempatkan diri untuk mengarang kitab Ghoyatul Mathlub yang
membahas tentang kiat-kiat bagi umat Muslim agar mendapat ampunan dari
Allah SWT. Tak puas dengan hanya belajar Hadis, Ibn Diba` lalu belajar
Fikih dengan membaca kitab Minhajuttholibin dan Haawi Shoghir kepada
Syeikh Jamaluddin bin Ahmad bin Jaghman dan membaca kitab-kitab hadis
kepada Syeikh Burhanuddin bin Jaghman.
Pada tahun 896 H. beliau berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah
haji yang ketiga kalinya. Beliau berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW.
di Madinah. Setelah itu kembali lagi ke Makkah untuk menuntut ilmu Hadis
kepada para ulama tanah Haram, di antara gurunya Syeikh Syamsuddin
Muhammad bin Abdurrahman Assyakhowi, seorang ulama Hadis yang tersohor
kala itu.
Sepulang dari Makkah beliau mengarang kitab Kasyfu Al Kirbah dan Bughyat
Al Mustafid. Karena kehebatan karangannya, beliau mendapat pujian dari
Sultan Dzofir `Amir bin Abdul Wahab, dan memintanya untuk hadir ke
istananya. Sulthan Dzofir lalu memberikan usulan untuk menambal
kekurangan-kekurangan yang ada di kitabnya. Sebelum pulang ke Zabid
beliau diberi hadiah sebuah rumah dan sepetak kebun kurma di kota Zabid.
Dan Sultan tadi memintanya untuk mengajar ilmu Hadis di masjid Jami`
Zabid.
Kebiasaan dan Karya-karya Ibn Diba'
Beliau adalah salah seorang ulama ahli Hadis yang terkemuka pada abad
ke-9 H. kehebatannya dalam bidang Hadis telah diakui oleh para ulama,
sehingga banyak yang datang kepadanya untuk meminta sanad Hadis dan
mendalami ilmu Hadis. Meskipun demikian, Hal itu tak membuatnya berbesar
hati, tapi sebaliknya dia makin tawaddlu` (rendah hati).
Ibn Diba' mempunyai kebiasaan untuk membaca surat Al Fatihah dan
menganjurkan kepada murid-murid dan orang sekitarnya untuk sering
membaca surat Al Fatihah. Sehingga setiap orang yang datang menemui
beliau harus membaca Fatihah sebelum mereka pulang. Hal ini tidak lain
karena beliau pernah mendengar salah seorang gurunya pernah bermimpi,
bahwa hari kiamat telah datang lalu dia mendengar suara, “ Wahai orang
Yaman masuklah ke surga Allah.” Lalu orang-orang bertanya, “Kenapa
orang-orang Yaman bisa masuk surga ?” Kemudian dijawab, "karena mereka
sering membaca surat Al Fatihah".
Ibn Diba` termasuk ulama yang produktif dalam menulis. Hal ini terbukti
beliau mempunyai banyak karangan baik di bidang Hadis ataupun Sejarah.
Karyanya yang paling dikenal adalah syair-syair sanjungan (madah) atas
Nabi Muhammad SAW. yang terkenal dengan sebutan Maulid Diba`i, Meskipun
ada yang menisbatkan Maulid ini kepada Ibn Jauzi, hanya saja pendapat
ini sangat lemah.
Di antara buah karyanya yang lain: Qurrotul `Uyun yang membahas tentang
seputar Yaman, kitab Mi`roj, Taisiirul Usul, Bughyatul Mustafid dan
beberapa bait syair. Beliau mengabdikan dirinya hinga akhir hayatnya
sebagai pengajar dan pengarang kitab. Ibn Diba'i wafat di kota Zabid
pada pagi hari Jumat, tanggal 26 Rajab, 944 H.
Untuk mendownload Maulid Diba'i.MP3 full (64Mb) KLIK DISINI