Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Langsung saja kawan saya nge-share ini dikeranakan beberapa hal pertanyaan dari kawan-kawan saya tentang "duluan mana Manusia Purba dengan nabi Adam?..."
nah....
setelah itu tanpa sadari Alloh memberi saya petunjuk, tanpa sengaja saya mendengarkan seorang Ulama' sedang mengaji yang menyatakan bahwa ada makhluq lain yang sudah punah sebalum nabi Adam diciptakan (tapi sory saya lupa nama makhluk tesebut), ma'lu, faktor usia....
hehehe....
akhirnya saya ber-silaturrohim dan bertanya-tanya mengenai hal ini kepada mbah GOOGLE yang baik hati dan tidak sombong, suka menabung juga,
hehehehe...
langsung aja kita ke TKP
sumber: http://adithwidyapradipta.wordpress.com
-----------------------------------------------------------------
Setelah sekian lama saya tidak menulis,
dengan alasan tidak mempunyai ide judul yang bagus dan tidak memiliki
waktu yang cukup untuk melakukan riset yang dapat mendukung tulisan
saya. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengupas tentang hubungan
antara Nabi Adam dan Manusia Purba: Siapakah yang lebih dulu? Apakah fenomena ini bisa diselesaikan dengan petunjuk terbaik di muka bumi ini, yaitu Al-Qur’an? Jawabannya…
Demi Allah, jawabannya adalah bisa! Dan
seperti biasa, setelah saya menjabarkan jawaban-jawaban yang terjawab
oleh Al-Qur’an, saya akan mencoba menjabarkan kesimpulan dari pemahaman
sebisa saya. Karena blog ini berisi tentang ide dan perspektif pribadi
saya. Perlu diingat, bahwa ilmu saya hanyalah setetes air, sedangkan ilmu Allah seluas tujuh samudra. Begitu kira-kira sabda Rasul Allah Muhammad saw.
• • – – –
Dimulai dari Nabi Adam dan Manusia Purba,
mana yang lebih dahulu? Nabi Adam yang lebih dulu diturunkan, baru
setelah itu ada yang disebut sebagai Manusia Purba? Atau sebelum Nabi
Adam turun sudah ada Manusia Purba lalu dimusnahkan agar memberi tempat
bagi sang Khalifah dan Nabi pertama untuk menjalankan tugas dari-Nya? ATAU, malah ada sebuah kehidupan yang terjadi jauh sebelum penciptakan Khalifah Nabi Adam dan Manusia Purba?
Jika kita mengambil pelajaran dari beberapa (terjemahan) ayat Al-Qur’an: “Dan Dialah
yang memulai penciptaan itu, kemudian Dia mengembalikannya/mengulangi
kembali ciptaan itu, dan mengulangi itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat Yang Mahatinggi di langit dan bumi, dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Q.S. Ar-Ruum [30] : 27)
Dan dapat juga dipelajari dari (terjemahan) ayat surah-surah lainnya, seperti (Q.S.
Yunus [10] : 34), (Q.S. Al-Anbiya’ [21] : 104), (Q.S. Al Buruuj [85] :
13), (Q.S. An-Naml [27] : 64), (Q.S. Al-Ankabut [29] : 19) dan (Q.S.
Ar-Ruum [30] : 11).
Setelah saya meninjau pemikiran saya lewat (terjemahan) ayat-ayat tersebut,
betapa bodohnya kita sebagai makhluk jika kita hanya berpikir bahwa alam semesta ini hanya satu kali diciptakan oleh Allah, berkembang, dan hancur di hari kiamat, dan selesai. Lalu disambung kehidupan rohani abadi di akhirat.
Terlalu remeh tampaknya jika kita berpikir
bahwa Allah hanya menciptakan langit dan bumi yang luasnya tak akan
diketahui oleh siapapun selain diri-Nya, hanya untuk kita manusia. Maka,
dengan (terjemahan) ayat-ayat yang saya cantumkan diatas, menjadi jelas
bahwa Allah dapat dengan mudah menciptakan dan mengulanginya kapanpun
dan berapapun sesuai kehendak-Nya. Allah mampu mengulanginya sampai pada
jumlah yang tak terbatas. Mudah sekali bagi-Nya. Allah mampu membuat
alam kembar atau pararel. Allah Mahakuasa membuat duplikat sampai
bermiliar Bumi beserta isinya yang sama persis ataupun berbeda.
• • • – –
Dalam ilmu pengetahuan, kita banyak mendengar teori penciptaan alam semesta yang disebut “
Big Bang“, yang menyatakan bahwa awal segalanya adalah sebuah ledakan besar, lalu mengembang terus-menerus. Juga ada teori “
Big Crunch“,
bahwa setelah mengembang luasan miliar tahun, daya kembangnya habis.
Lalu mengkerut lagi menjadi satu titik singularitas dan musnah. Kemudian
ada teori “
Oscillating Universe“,
bahwa titik itu akan meledak lagi mengembang cepat mengulangi kejadian
awal dulu. Lalu mengkerut lagi. Kemudian mengembang lagi.
Beberapa teori yang saya cantumkan diatas,
persis ya jika dikait-kaitkan dengan (terjemahan) ayat ke-27 surah
Ar-Ruum? Well, itulah Al-Qur’an! Ditambah, konsep Tauhid adalah meyakini
hanya Allah Yang Maha Esa, selain Allah tidak ada yang tunggal. Maka,
yang ‘satu’ hanyalah Allah semata, sedang lainnya ada banyak. Termasuk
alam semesta yang juga banyak, tidak hanya satu yang kita diami ini,
atau yang kita lihat ini atau yang kita pelajari ini.
Maka, bila saya boleh menyimpulkan. Sebelum
Nabi dan Khalifah pertama datang ke muka bumi. Sudah ada kehidupan yang
nyata sebelumnya di muka bumi ini.
Sebagai panutan tambahan adalah (Q.S. Al Baqarah [2] : 30) “Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al Baqarah [2] : 30).
Dengan banyaknya (terjemahan) ayat-ayat
Al-Qur’an yang saya cantumkan disini. Maka dapat berfungsi sebagai
penguat bahwa sebelum Nabi Adam, ada sebuah kehidupan nyata yang terjadi
di muka bumi. Menurut
syariat Islam, Adam tidak diciptakan di Bumi, tetapi diturunkan dimuka bumi sebagai manusia dan diangkat/ditunjuk Allah sebagai
Khalifah
(pemimpin/pengganti/penerus) di muka bumi atau sebagai makhluk
pengganti yang tentunya ada makhluk lain yang di ganti, dengan kata lain
adalah Nabi Adam bukanlah makhluk berakal pertama yang menghuni di Bumi
(atau alam semesta).
• • • • –
Lalu, siapakah “makhluk” yang dikhawatirkan
oleh para Malaikat pada (terjemahan) ayat 30 Al-Baqarah diatas? Sebagian
berpendapat bahwa mereka adalah dari golongan jin. Dan sebagian
berpendapat mereka adalah makhluk yang menyerupai manusia, tetapi
memiliki karakteristik yang primitif dan tidak berbudaya (tidak lain
berarti inilah yang biasa disebut
Manusia Purba).
Seperti yang kita ketahui bahwa Allah SWT
tidak menyukai “mubazir.” Jadi, sangat mubazir kalau Allah menciptakan
alam semesta yang maha luas ini hanya untuk kepentingan kita (manusia)
yang ada di Bumi. Maka dari itu, saya menjadi sangat terinspirasi untuk
menguak tentang teori yang dapat dengan luas dikaji ini.
Kita bahas dari sudut pandang mereka yang
berpendapat bahwa makhluk sebelumnya adalah dari golongan jin. Ada
sebagian ulama yang berpendapat sedemikian merujuk dari
Q.S. Al Hijr [15] : 27. Inilah bunyi (terjemahan) ayatnya:
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (Q.S. Al Hijr [15] : 27).
Maka para ulama tersebut berpendapat bahwa: “Yang dimaksud dengan
makhluk sebelum Adam diciptakan adalah Jin yang suka berbuat kerusuhan.”
Seperti dalam kitab tafsir
Ibnu Katsir. Menurut salah seorang perawi hadits yang bernama
Thawus al-Yamani,
salah satu penghuni sekaligus penguasa/pemimpin di muka bumi adalah
dari golongan jin. Walaupun begitu pendapat ini masih diragukan karena
manusia dan jin hidup pada dimensi yang berbeda. Sehingga tidak mungkin
manusia menjadi pengganti bagi Jin.
Namun, pendapat ini akan saya bahas lagi pada salah satu paragraf-paragraf berikutnya.
Lalu, dari sudut pandang mereka yang
berpendapat bahwa Manusia Purba itu ada. Dari (terjemahan) ayat
Al-Baqarah 30, banyak mengundang pertanyaan, siapakah makhluk yang
berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas? Dalam
Arkeologi, berdasarkan fosil yang ditemukan, memang ada makhluk lain
sebelum manusia. Seperti yang populer diistilahkan macam
Homo heidelbergensis,
Homo rhodesiensis,
Homo neanderthalensis, dan mungkin juga termasuk
Homo antecessor. Mereka
nyaris seperti manusia, tetapi memiliki karakteristik yang primitif dan
tidak berbudaya. Volume otak mereka lebih kecil dari manusia, oleh
karena itu, kemampuan mereka berbicara sangat terbatas karena tidak
banyak suara vowel yang mampu mereka bunyikan.
Sebagai contoh
Pithecanthropus Erectus memiliki volume otak sekitar 900 cc, sementara
Homo Sapiens
memiliki volume otak di atas 1000 cc (otak kera maksimal sebesar 600
cc). Maka dari itu bisa diambil kesimpulan bahwa semenjak 20.000 tahun
yang lalu, telah ada sosok makhluk yang memiliki kemampuan akal yang
mendekati kemampuan berpikir manusia pada zaman sebelum kedatangan Nabi
Adam.
TETAPI! itu menurut beberapa ahli. Yang bisa
jadi, bukan merujuk kepada Al-Qur’an saat melalukan studi. Karena
kebanyakan anggapan adalah, bahwa manusia modern adalah evolusi dari
Manusia Purba.
Para kaum Evolusionis, sampai sekarang belum
pernah memiliki bukti otentik tentang kebenaran Teori Evolusi. Terbukti
dengan kisah kepalsuan Manusia Piltdown:
“Tengkorak Manusia Piltdown dikemukakan kepada dunia
selama lebih dari 40 tahun sebagai bukti terpenting terjadinya “evolusi
manusia”. Akan tetapi, tengkorak ini ternyata hanyalah sebuah kebohongan
ilmiah terbesar dalam sejarah. Pada tahun 1912, seorang dokter terkenal yang juga ilmuwan paleoantropologi amatir, Charles Dawson,
menyatakan dirinya telah menemukan satu tulang rahang dan satu fragmen
tengkorak dalam sebuah lubang di Piltdown, Inggris. Meskipun tulang
rahangnya lebih menyerupai kera, gigi dan tengkoraknya menyerupai
manusia.
Spesimen ini diberi nama “Manusia Piltdwon”. Fosil ini diyakini
berumur 500.000 tahun, dan dipamerkan di berbagai museum sebagai bukti
nyata evolusi manusia. Selama lebih dari 40 tahun, banyak artikel ilmiah
telah ditulis tentang “Manusia Piltdown”, sejumlah besar penafsiran dan
gambar telah dibuat, dan fosil ini diperlihatkan sebagai bukti penting
evolusi manusia. Tidak kurang dari 500 tesis doktoral telah ditulis
tentang masalah ini.
Pada tahun 1949, Kenneth Oakley
dari departemen paleontologi British Museum mencoba melakukan “uji
fluorin”, sebuah cara uji baru untuk menentukan umur sejumlah fosil
kuno. Pengujian dilakukan pada fosil Manusia Piltdown. Hasilnya sungguh
mengejutkan. Selama pengujian, diketahui ternyata tulang rahang Manusia
Piltdown tidak mengandung fluorin sedikit pun. Ini menunjukkan tulang
tersebut telah terkubur tak lebih dari beberapa tahun yang lalu.
Sedangkan tengkoraknya, yang mengandung sejumlah kecil fluorin,
menunjukkan umurnya hanya beberapa ribu tahun.
Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa Manusia Piltdown
merupakan penipuan ilmiah terbesar dalam sejarah. Ini adalah tengkorak
buatan; tempurungnya berasal dari seorang lelaki yang hidup 500 tahun
yang lalu, dan tulang rahangnya adalah milik seekor kera yang belum lama
mati! Kemudian gigi-giginya disusun dengan rapi dan ditambahkan pada
rahang tersebut, dan persendi-annya diisi agar menyerupai pada manusia.
Kemudian seluruh bagian ini diwarnai dengan potasium dikromat untuk
memberinya penampakan kuno.
Le Gros Clark, salah seorang anggota tim yang mengungkap
pemalsuan ini, tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya dan
mengatakan: “bukti-bukti abrasi tiruan segera tampak di depan
mata. Ini terlihat sangat jelas sehingga perlu dipertanyakan – bagaimana
hal ini dapat luput dari penglihatan sebelumnya?” Ketika
kenyataan ini terungkap, “Manusia Piltdown” dengan segera dikeluarkan
dari British Museum yang telah memamerkannya selama lebih dari 40 tahun.
Skandal Piltdown dengan jelas memperlihat-kan bahwa tidak ada yang
dapat menghentikan para evolusionis dalam rangka membuktikan teori-teori
mereka. Bahkan, skandal ini menunjukkan para evolusionis tidak memiliki penemuan apa pun yang mendukung teori mereka. Karena mereka tidak memiliki bukti apa pun, mereka memilih untuk membuatnya sendiri.”Lihat lebih lengkap disini.
Dampak yang terjadi karena penemuan Manusia Piltdown adalah, pengabaian para ilmuwan terhadap penemuan fosil
Australopithecine macam
Taung child yang ditemukan oleh
Raymond Dart pada 1920 di Afrika Selatan. Para ilmuwan terjerumus pada
blind alley dan mempercayai penemuan Manusia Piltdown.
Sebagian berpendapat, bahwa Manusia Piltdown hanyalah cara Inggris
untuk mengklaim bahwa manusia pertama berasal dari daratannya. Walaupun
begitu, penemuan-penemuan lainnya tentang fosil-fosil purba yang
menyerupai manusia kera, tidaklah palsu dan dipergunakan sebagai dasar
Teori Evolusi. Pada 2003, kepalsuan karir
Charles Dawson’s terkuak.
• • • • •
Bagaimana jika hal ini dipecahkan dengan Al-Qur’an? Subhanallah!,
sepertinya saya berhasil menemukan sebuah pencerahan. Menurut saya,
benar adanya manusia kera. Namun, dia bukanlah makhluk yang digantikan
oleh Nabi Adam, bukan pula cikal bakal dari kita semua. Pada Q.S Al Baqarah [2] : 65-66 yang berbunyi: “Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”.
Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa
itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.”
Pada (terjemahan) ayat ke 66 surah Al Baqarah diatas, disebutkan bahwa “Maka
kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu,
dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.” Allah memiliki rencana agar peristiwa yang tercantum pada (terjemahan) ayat tersebut, menjadi pelajaran “bagi mereka yang datang kemudian.” Maka bisa disimpulkan, bahwa manusia kera adalah “orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu.” (Ayat yang mempunyai arti yang serupa adalah (Q.S. Al-Araf [7] : 166)).
Maka dari itu, jika saat ini saya membuat tulisan ini. Tidak lain
karena Allah memang mempersiapkan ayat ini untuk bisa menjadi “pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
– • • • •
PERTANYAANNYA? Siapa orang-orang tersebut? Yang diwajibkan atas mereka hari Sabtu?
Langsung saja saya cantumkan beberapa (terjemahan) ayat Al-Qur’an:
“Sesungguhnya diwajibkan (menghormati)
hari Sabtu atas orang-orang (Yahudi) yang berselisih padanya. Dan
sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka
di hari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu.” (Q.S. An-Nahl [16] : 124).
“Dan telah Kami angkat ke atas (kepala)
mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil
dari) mereka. Dan kami perintahkan kepada mereka: “Masuklah pintu
gerbang itu sambil bersujud”, dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka:
“Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu”, dan Kami
telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.” (Q.S. An-Nisa [4] : 154).
JAWABANNYA! Well, tidak lain dan tidak bukan, mereka adalah sebagian dari orang-orang Yahudi. Yang diwajibkan atas mereka hari Sabtu.
– – • • •
Jika memang orang-orang Yahudi-lah yang dikutuk oleh-Nya menjadi “kera yang hina.” Apakah Yahudi adalah keturunan kera? Tentu saja tidak!
Para Mufassir sepakat yang dikutuk menjadi kera,
bukanlah seluruh bangsa Yahudi pada
saat itu. Melainkan sebagian dari mereka saja yang melanggar
perintah-Nya. Jika kita cermati lagi pada penggalan (terjemahan) ayat ke
65-66 surah Al-Baqarah: “
Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu.” Bisa
diartikan, bahwa tidak semua orang-orang pada saat itu yang dikutuk
menjadi kera yang hina dina. Karena Allah menginginkan peristiwa
tersebut menjadi sebuah peringatan bagi orang-orang dimasa tersebut.
Bahkan para mufassir mengatakan
bahwa kejadian itu hanya menimpa penduduk suatu desa saja, yang hidup
di tepi pantai, di mana pekerjaan mereka adalah menangkap ikan di laut.
Allah telah melarang mereka untuk menangkap ikan di hari Sabtu, karena
hari itu adalah hari khusus untuk beribadah.
Jika kita pahami ayat ini: “Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu,
di waktu datang kepada mereka ikan-ikan mereka terapung-apung di
permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak
datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka
berlaku fasik.” (Q.S. Al-Araf [7] : 163).
Adalah
landasan para mufassir dalam mentafsirkan jika Yahudi yang terkutuk itu,
adalah para penghuni sebuah desa dekat pantai. Dan bukan semua orang
Yahudi yang terkutuk.
Sebagai bukti, mereka (mufassir) menafsirkan lagi dari ayat ini: “Maka
tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami
selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami
timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan
mereka selalu berbuat fasik. ” (Q.S. Al-Araf [7] : 165). Ayat berikut menerangkan lebih jelas bahwa tidak semua penduduknya desa itu ikut jadi kera (tidak juga seluruh Yahudi).
– – – • •
Lantas, apa dosa mereka? Hingga Allah sampai murka dan menjadikan mereka kaum yang hina?
Mereka melanggar ujian dari Allah, untuk
tidak menangkap ikan pada hari Sabtu. Karena justru di hari Sabtu itulah
ikan-ikan bermunculan dengan jumlah yang sangat banyak. Tapi selain
hari tersebut, ikan-ikan seolah lenyap. (Lihat Q.S. Al-Araf [7] : 163).
Karena itulah, sebagian dari penduduk desa
itu melakukan kecurangan. Yaitu, mereka memasang perangkap pada hari
Jum’at sore menjelang masuknya hari Sabtu. Pada hari Sabtu mereka tetap
beribadah. Dan pada hari Minggu, perangkap-perangkap itu telah dipenuhi
ikan. Cara yang mereka tempuh ini tetap dianggap sebuah pelanggaran oleh
Allah. Dan oleh karenanya, mereka yang melakukannya dikutuk menjadi
kera yang hina.
– – – – •
Mengapa Allah sampai murka dan mengutuk
sebagian orang-orang Yahudi tersebut? Bagi kebanyakan orang, mungkin
pelanggaran tersebut terkesan remeh. Dan hukuman yang didapatkan
sangatlah pedih. Namun, memang azab Allah memanglah pedih.
Sebagian dari sifat-sifat Yahudi yang tertera pada Al-Qur’an adalah: Hati mereka sudah tertutup akan Islam karena dilaknat oleh Allah SWT yang disebabkan oleh kekufuran mereka sendiri. (Lihat Q.S Al-Baqarah [2] : 88, 120, 145 dan 146).
Maka tidak heran jika sebahagian orang-orang itu mendapatkan azab yang
hina, dikarenakan mereka melanggar perjanjian yang sudah berkali-kali
dilanggar. (Lihat Q.S Al Baqarah [2] : 64). Tentu saja Allah memiliki kehendak-Nya.
• – – – – – – – – –
Lalu, bagaimana dengan manusia kera?
Bagaimana ayat-ayat Al-Qur’an dapat menjelaskan tentang
penemuan-penemuan terkini tentang Manusia Purba? Ingatlah lagi dan lagi
ayat ini: “Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan
bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Al Baqarah [2] : 66). Tentu
saja, bagi sebahagian kita yang ingat dan memperhatikan kebesaran
Tuhannya, akan dijadikan sebuah bukti agar kita dapat mempelajarinya.
Jadi, apakah Manusia Purba itu ada? Saya
berani menjawab jika yang dimaksud dengan Manusia Purba adalah nenek
moyang anak-anak Adam, maka saya jawab TIDAK! Sudah
sangat jelas dari pembahasan ayat-ayat tentang Yahudi yang terkutuk
menjadi kera yang hina. Mengapa seolah-olah semua orang masih beranggapan bahwa teori evolusi benar?
Kalau yang disebut Manusia Purba adalah
manusia-manusia yang dikutuk oleh Allah menjadi kera yang hina, maka
benar adanya. Karena bukti fosil dari Manusia Kera (sekarang saya sebut
seperti ini) banyak ditemukan oleh para ahli yang terkenal. Sesuai
dengan firman Allah: “Maka kami jadikan yang demikian itu
peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang
kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Al Baqarah [2] : 66). Maka Allah benar-benar menepati janji-Nya untuk memberikan pelajaran kepada orang-orang yang akan datang.
Jangan heran jika banyak ditemukan fosil-fosil manusia yang menyerupai kera. Ingat!
jika Yahudi yang terkutuk tersebut, dijadikan kera yang hina. Bukan
kera seperti pada umumnya sekarang. Tentu wujudnya bukanlah sebaik
kera-kera yang ada sekarang. Dan memang, fosil-fosil yang ditemukan
bukanlah wujud seekor kera murni.
• – – – – • – – – –
Pertanyaannya, bagaimana bisa orang-orang
Yahudi yang dikutuk menjadi kera yang hina bisa menjadi Manusia Kera
yang fosil dan bukti kebenarannya bisa ditemukan dimana-mana? Selain
karena Allah memang mempersiapkan semua ini untuk kita pelajari, ada
beberapa penjelasan lainnya.
Untuk menjawabnya, kita perlu mengetahui
dimana kira-kira letak dilaknatnya orang-orang Yahudi tersebut. Kalau
kita buka kitab tafsir, misalnya
Al-Jami’ li Ahkamil Quran karya Al-Imam Al-Qurtubi rahimahullah,
disebutkan bahwa ada beberapa riwayat yang berbeda dalam menetapkan
desa yang dimaksud. Menurut Ibnu Abbas ra., Ikrimah dan As-Suddi, nama
desa itu adalah Aylah. Dalam riwayat lain menurut Ibnu Abbas juga, nama
desa itu adalah Madyan. Terletak di antara Aylah dan At-Thuur.
Sedangkan menurut Az-Zuhri namanya adalah
Thabariyah. Dan Qatadah serta Zaid bin Aslam mengatakan namanya Maqnat,
yang terletak di pantai negeri Syam.
Dari beberapa nama kota yang terdapat dalam
bermacam pendapat, Madyan dan Syam adalah yang berhasil saya pahami.
Madyan terdapat di dua negara,
Kota Madyan di Arab Saudi dan
Madyan, Pakistan. Keduanya terletak di Asia. Sedangkan
Syam, tidak lain dan tidak bukan adalah Syria (Suriah).
Lalu bagaimana para Manusia Kera tadi bisa bertebaran? Pada ayat: Q.S Al Baqarah [2] : 65-66 yang berbunyi: “Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”.
Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa
itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.”
Pada ayat diatas, Allah mengutuk orang-orang
Yahudi tersebut menjadi “Kera yang hina.” Disini tidak disebutkan bahwa
orang-orang Yahudi tersebut dikutuk seutuhnya menjadi kera secara fisik
dan pikiran, atau hanya fisiknya saja. Namun, pada hakikatnya,
orang-orang Yahudi adalah manusia yang pintar. Walaupun, mungkin
sebagian akalnya menjadi kera, mereka pasti mempunyai kemampuan otak
yang lebih tinggi dari pada kera murni, namun tidak setinggi manusia.
Sesuai dengan kasus-kasus penemuan Manusia
Purba, mereka juga memiliki peradabannya sendiri-sendiri. Sedangkan
kasus-kasus ditemukannya para Manusia Purba tersebut, kebanyakan
ditemukan di daerah Afrika sampai ke China.
Bisa dimaklumi, jika para Manusia Kera yang
terkutuk dari orang-orang Yahudi tadi. Akhirnya pergi meninggalkan
tempat asalnya dengan berbagai alasan. Karena Benua Asia, Afrika dan
Eropa masih bisa dijelajahi dengan jalur darat. Maka memungkinkan jika
para Manusia Kera tadi untuk melakukan perjalanan dan terpecah belah.
Ditambah, pada ayat tersebut, kata ‘hina’ juga bisa diartikan sebagai
‘dibenci.’ Kemungkinan, para Yahudi yang masih taat kepada Allah,
mengusir para Yahudi yang terkutuk tersebut hingga akhirnya mereka
berpencar.
Karena pada ayat disebutkan bahwa mereka yang terkutuk itu adalah
“peringatan
bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian,
serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” Maka,
banyak kemungkinan kepunahan mereka adalah karena mereka tetap bertahan
hidup untuk beberapa waktu berdampingan/bersaing dengan para
manusia-manusia biasa karena mereka sebagai
“peringatan bagi orang-orang dimasa itu.”
Mereka bisa dijadikan budak atau mungkin diburu karena meresahkan
masyarakat. Sehingga hidup mereka sulit dan menjadi primitif dengan
mendiami goa-goa dan menggunakan alat seadanya untuk bertahan hidup.
(Lihat artikel
ini untuk mendapatkan informasi lebih).
Lantas, mengapa dengan jelasnya ayat-ayat Al-Qur’an dan kebenaran-Nya. Masih sering ditemui teori tentang
Evolusi Manusia?
Bahkan, saat saya menjalani Ujian Nasional, soal tentang teori ini ada!
MasyaAllah! Tidak lain dan tidak bukan, bisa kita ambil hubungan antara
sifat-sifat Yahudi dengan para Manusia Kera itu yang notabene adalah
dari kalangan orang-orang Yahudi sendiri. Seperti yang sering disebutkan
di Al-Qur’an, sifat-sifat Yahudia adalah:
• Keras hati dan zalim (Q.S. Al-Baqarah [2] : 75, 91, 93, 120, 145, 170; Q.S. An-Nisa [4] : 160; Q.S. Al-Maidah [5] : 41) = Inilah yang membuat Allah murka karena kezaliman mereka.
•
Amat mengetahui kekuatan dan kelemahan orang-orang Islam seperti mereka mengenal anak mereka sendiri (Q.S. Al-Anam [6] : 20)
= Dengan kata lain, disinilah letak keunggulan Yahudi sekarang (dan
dahulu). Mereka mengerti kita para umat Islam, mereka mengerti kelemahan
kita. Mereka dapat dengan mudah mengacaukan dan berbuat kerusakan.
Jumlah Yahudi
tidaklah sebanyak orang Islam, namun dengan perbekalan pengetahuan yang
baik tentang orang-orang Islam, tentu mudah bagi mereka untuk melawan
kita. Karena itulah, teori tentang Evolusi Manusia bisa saja dijadikan
alat untuk membuat umat Muslim yang tidak pernah menyentuh Al-Qur’an
agar lalai dan tidak mengerti.
• Menyembunyikan bukti kebenaran (Q.S. Al-Baqarah [2] : 76,101,120,146; Q.S. Ali Imran [3] : 71) =
Bermodalkan pengetahuan tentang Rasulullah, ditambah pula dengan sifat
mereka yang menyembunyikan bukti kebenaran. Habislah sudah!
Dan lihatlah secara jelas dan lebih banyak di artikel
ini.
Itulah Al-Qur’an, cahayanya terang benderang
untuk menyinari manusia akan kegelapan ilmu. Saya sangat menikmati
dalam menulis artikel ini, karena saya merasakan secara langsung
keajaiban Al-Qur’an dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup.
Karena saya bukanlah seorang ahli yang meneliti kasus ini
bertahun-tahun, saya hanyalah mahasiswa yang mencoba membuat artikel ini
dengan waktu tak lebih dari seminggu. Namun, karena Al-Qur’an, rasanya
artikel ini begitu berbobot dan dapat di buktikan. Maha Suci Allah!
• – – – – • • – – –
Kembali membahas pokok permasalahan artikel ini. Maka disimpulkan
bahwa, Nabi Adam-lah yang lebih dahulu diciptakan sebelum Manusia Kera.
Karena kemungkinan, manusia-manusia kera tersebut adalah masih keturunan
Nabi Adam yang menjadi orang-orang Yahudi pada masa kenabian setelah
Nabi Adam.
Selanjutnya, adakah penghuni langit dan bumi sebelum Nabi Adam dan
Manusia Kera? Adakah penghuni langit di luar sana? Adakah Alien?!
Benarkah Alien tersebut benar-benar penghuni langit selain Jin, Malaikat
atau Manusia?
Semenjak awal abad ke-20,
masyarakat semakin antusias dengan makhluk ini. Apalagi, banyak beredar
bukti-bukti yang menginformasikan bahwa keberadaan makhluk langit itu
ada. Lewat foto-foto atau kisah-kisah dari seseorang. Dengan laporan
adanya kendaraan bercahaya, atau makhluk-makhluk aneh.
Beberapa pemuka beranggapan, jika suatu saat ditemukan adanya
kehidupan di luar Bumi, maka dogma-dogma agama akan terbantahkan. Itu
sebabnya, beberapa pemuka agama tertentu merasa segan untuk berurusan
dengan topik ini dan memilih tidak mepercayai keberadaannya.
Tidak sama dengan yang lainnya, Islam muncul sebagai penerang. Allah berfirman: “Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi
serta makhluk-makhluk melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia
Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.” (Q.S. As-Syuura [42] : 29).
Pada ayat diatas, “langit” lebih cenderung mengacu pada luar angkasa, bukan atmofer Bumi. Islam sebagai Rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi alam semesta), menerima keberadaan makhluk hidup di luar angkasa sebagai bagian dari ciptaan Allah yang Mahakuasa.
Jadi, apakah Alien atau UFO bisa dianggap sebagai suatu kebenaran?
Allah tidak pernah menyebutkan tentang makhluk-makhluk beradab selain
Jin, Malaikat dan Manusia. Juga tidak disebutkan adanya planet lain
yang memiliki kehidupan. Kasus ini sering menjadi perdebatan di kalangan
Alim Ulama.
Di dalam Al-Qur’an maupun Hadits, sering disebut-sebut tentang para
penduduk langit. Sebagian ulama menafsirkan penduduk langit adalah para
malaikat yang menjalankan tugasnya di seluruh penjuru langit. Namun, ada
sebuah Hadits yang menarik tentang kasus ini:
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah,
MalaikatNya, serta penduduk langit dan bumi, hingga semut yang ada di
dalam lubangnya, dan ikan-ikan di lautan, (semuanya) bersalawat atas
orang yang mengajarkan kebaikan pada manusia” (HR. Tirmidzi).
Pada Hadits diatas, Rasulullah membedakan antara “Malaikat-Nya” dan
“penduduk langit.” Ada yang berpendapat bahwa penduduk langit adalah
orang-orang yang di surga. Ada pula pendapat bahwa para penduduk langit
adalah para nabi yang sudah wafat. Keduanya bisa saja benar. Namun, ada
sebuah
artikel yang
menarik, mereka berpendapat bahwa penduduk langit terdiri dari malaikat
dan makhluk-makhluk selain malaikat, yang dalam hal ini merupakan
rahasia Allah. Allah berkuasa untuk menciptakan makhluk-makhluk
berperadaban di berbagai planet di seluruh penjuru alam semesta. Tidak
disebutkan dalam Al-Qur’an bukan berarti mereka tidak ada. Sebagaimana
kesamaan, di dalam Al-Qur’an hanya disebutkan tentang 25 nabi dan rasul.
Namun jumlah nabi yang sesungguhnya sangatlah banyak (sekitar 125.000
orang). Karena yang wajib diimani hanyalah ke-25 nabi dan rasul
tersebut. Baca perbedaan antara rasul dan nabi
disini.
Tidak usah diambil pusing, hanya Allah-lah yang tau pasti keberadaan
atau ketidakberadaan makhluk-makhluk penghuni langit selain Jin dan
Malaikat. Namun, jika suatu saat terbukti bahwa ada penghuni langit,
maka itu tidak bukan adalah bukti kebenaran firman Allah, dan memang
Allah-lah Mahabenar! Karena Islam adalah rahmat bagi seluruh alam
semesta, bukan hanya Bumi yang terinjak oleh kita.
• – – – – • • • – –
Namun, bagi Kalian yang tetap belum terpuaskan. Mungkin teori ini
bisa dijadikan pelajaran. Belakangan muncul beberapa fenomena yang
menggegerkan mengenai Alien dan UFO. Banyak
kasus-kasus yang menimbulkan rasa penasaran. Beberapa mengaku telah
diculik atau ditemui oleh makhluk-makhluk ini. Ditambah dengan fenomena
Crop Circle. Mereka yang mengaku diinterogasi oleh Alien dan kemudian dilepaskan setelah diberi informasi-informasi yang aneh. Antara lain:
- Umumnya mereka mengaku berasal dari gugusan bintang, seperti
Pleiades, Orion, dsb. Meskipun ada yang mengaku sebagai penduduk asli
bumi keturunan dinosaurus yang punah.
- Umumnya mereka mengaku sudah lama mengamati manusia dan tidak memiliki niat buruk.
- Umumnya mereka memberi informasi tentang sejarah bumi dan alam
semesta yang berbeda-beda menurut versi masing-masing jenis Alien.
- Dan yang paling mengkhawatirkan, mereka menyampaikan tentang sejarah
keberadaan manusia (ataupun tentang Adam dan Hawa) yang sangat
bertentangan dengan apa yang selama ini tertera pada Al-Qur’an.
Dan parahnya, cerita itu berbeda-beda versi pula tergantung jenis
Aliennya. Bahkan ada yang mengaku sebagai pencipta manusia melalui
rangkaian percobaan mutasi pada kera-kera purba.
Sumber
Akibatnya, telah banyak orang yang terjerumus dalam Atheis, atau
bahkan menghambakan diri pada makhluk-makhluk itu. Salah satu makhluk
yang mengaku keturunan asli dinosaurus (Reptilian Race) bahkan mengaku
perduli dengan umat manusia dan memberitahukan bahwa manusia diciptakan
sebagai hasil rekayasa genetik oleh Alien yang disebut
Elohim untuk kelak dijadikan budak. Dalam bahasa
Hebrew Elohim berarti adalah Tuhan.
Sebagai seorang muslim yang berpegang teguh pada Firman-Nya,
seharusnya kita sudah mengetahui apa motif dibalik tujuan dari
informasi-informasi tersebut. Yaitu, menyebarkan informasi yang secara
berkelanjutan dapat menjauhkan manusia dari Agama.
Alhamdulillah, sebagai seorang muslim yang dibekali Al-Qur’an,
dijelaskan bahwa di bumi ini juga ada makhluk berakal lain selain kita,
yaitu bangsa Jin. Kita tahu bahwa beberapa golongan Jin memiliki
kemampuan untuk mewujudkan diri di dimensi manusia. Dan kita juga tahu
bahwa, sebagian dari mereka yang disebut sebagai Syaitan, juga memiliki
motif yang identik yaitu menjerumuskan manusia dalam kesesatan.
Dari gambaran diatas, kita bisa berkesimpulan mengenai siapa dalang
dari semua mis-informasi ini. Perlu diperhatikan juga dalam referensi
buku
“Dialog dengan Jin Muslim” karya Muhammad Isa Dawud,
diberitakan bahwa beberapa golongan Jin (terutama Syaitan), memiliki
pula teknologi yang sangat maju, yang mungkin mustahil bagi manusia
untuk mengikutinya. Bisa jadi disebabkan karena kelebihan fisik mereka
yang bahkan sanggup memindahkan benda-benda berat dalam waktu sekejap
seperti dikisahkan pada Nabi Sulaiman as. Jadi berdasarkan
keterangan-keterangan tersebut, kemungkinan besar biang keladi dari
penyesatan ini tak lain adalah Syaitan yang menyamar sebagai Alien.
Sumber Islam mengajarkan kita untuk menempatkan diri secara benar.
Kesimpulannya, Menurut Al-Qur’an dan Pemahaman Manusia Tentang Alam Semesta, Manusia Purba, Nabi Adam dan Alien, InsyaAllah telah saya kupas habis pada artikel ini.
Apa yang saya tulis pada artikel ini, sebagian besar memiliki
sumbernya masing-masing. Dan sumber paling terpercaya adalah Al-Qur’an,
sedangkan tafsirannya adalah usaha manusia dalam memahami Firman-Nya.
Soal kebenaran dan ketepatan artikel ini, hanya Allah yang bisa secara
tepat menilainya, Allahu ‘alam.
-----------------------------------------------------------------
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Salam dari saya: Ahmad Zakariya