Melihat film-film Romantis, sepertinya Menikah adalah hal yang mudah,
semua akan beres, dan membahagiakan bila dilakukan dengan orang yang
dicintai.
Sayangnya,
di kehidupan nyata, tidak seperti itu. Selalu ada tantangan yang butuh
dihadapi dengan fondasi hubungan yang kuat. Sebelum mentok menghadapi
tantangan-tantangan yang mungkin menghadang, bentengi hubungan dengan Kurikulum yang dibahas saat Pacaran atau tepatnya sebelum menikah dari Kim Leatherdale, penasihat hubungan di New Jersey, AS, berikut ini:
Cara
masing-masing orang untuk menangani uang bisa sangat berbeda. Penting
dibahas mengenai pembagian keuangan. Mengenai siapa yang akan membayar
tagihan-tagihan, siapa yang menyisihkan uang untuk ditabung, dana
darurat, siapa yang punya keputusan akhir dalam penanganan uang, apakah
uangnya dijadikan satu atau masing-masing saja, dan sebagainya.
Perlu
pula penyatuan pandangan mengenai kebutuhan dan keinginan. Misal, salah
satu pihak memandang ponsel canggih adalah sebuah kebutuhan karena
terkait pekerjaan, sementara yang lainnya menganggap hal itu sebatas
keinginan, karena masih bisa menggunakan yang lama. Hal semacam ini
mesti diperbincangkan.
Masalah uang dan harta, menurut Leatherdale, adalah hal utama yang menjadi penyebab pasangan bercerai.
Satukan
pandangan, atau setidaknya cari jalan tengah mengenai jumlah anak yang
diinginkan. Setelah itu, fokuskan cara mendidik anak, termasuk soal cara
menghukum anak yang tidak taat aturan. Anak-anak adalah anugerah,
tetapi bisa pula memicu stres. Karenanya, penting untuk menyiapkan diri
mengenai hal ini.
Meski
saat pacaran segala berkait dengan pekerjaan bisa berjalan lancar,
tetapi saat menjalani pernikahan, pekerjaan bisa menjadi ganjalan. Perlu
ditarik garis tengah mengenai hal-hal yang bisa ditoleransi terkait
pekerjaan untuk kedua pihak. Misal, maksimal 1-2
minggu per bulan perjalanan dinas keluar kota/negeri. Poin-poin apa
yang tidak bisa ditolerir terkait pekerjaan? Apakah kedua pihak harus
bekerja atau satu saja?
Perbincangkan pula tentang waktu bersosialisasi dengan teman kerja atau teman lain di luar waktu kerja. Seberapa lama yang wajar? Bagaimana menyeimbangkan waktu kerja, waktu dengan keluarga, dan waktu untuk bersosialisasi?
5. Ipar, mertua, dan keluarganya
Setiap
keluarga memiliki cara, aturan, dinamika, budaya, dan hal-hal yang
dianggap penting. Pelajari dulu hal-hal penting di keluarganya, demikian
pula Anda, perlu mengajarkan hal-hal tentang nilai keluarga Anda kepada
pasangan. Dari sini, putuskan bagaimana Anda dan pasangan menghabiskan
musim liburan keagamaan. Bagaimana garis besar keterlibatan keluarga
besar terhadap hubungan, dan sebagainya.
6. Hal-hal penting lainnya
Setiap
pribadi punya nilai dan cara pandang masing-masing. Apa yang penting
untuk sebuah pasangan, mungkin tak penting untuk pasangan lain. Nah,
kenali apa yang penting di hubungan Anda. Misal; urusan kesehatan, latar belakang trauma, pernikahan terdahulu, ada tunjangan anak di pernikahan terdahulu, dan sebagainya.
Ambillah waktu bersama pasangan untuk membicarakan dan membahas hal-hal ini.
Bila perlu, dicatat agar tidak lupa. Anggap hal ini sebagai investasi
hubungan, namun perlu diingat, setiap orang bisa lupa. Saling ingatkan,
namun jangan menghakimi bila ada yang lupa/salah. Tidak perlu dibicarakan semua sekaligus, tetapi usahakan dibahas.
Demikian Kurikulum yang dibahas saat Pacaran atau menjelang pernikahan, semoga bermanfaat untuk kita semua. Kami berharap setelah anda membaca artikel ini agar berkenan membagikan atau share artikel ini
melalui facebook dan tewitter karena ini akan menjadi referensi yang
bermanfaat untuk mereka yang sudah merencanakan pernikahan.
Salam dari saya: Ahmad Zakariya
@KangZakariya