Oleh: KH. Ysuf Mansur
Ttg sedekah, doa, dan pamrih, konsep saya memang beda.
Doa itu ibadah.
Seperti sedekah, di mana ia juga ibadah. Dan doa, bukan pamrih.
Niat, ga bisa disebut atau disamakan dengan doa.
Niat ya niat. Doa ya doa.
Dari sini semua bermula. Sekedar sharing juga, he he he.
Seseorang yang sedekah, kepengen anaknya sembuh, maka permintaan itu
“setara/sama/serupa” dengan pengen kaya, pengen selamet, pengen nikah,
pengen kerja, pengen tolak bala, pengen punya rumah, pengen terus
sekolah, pengen masuk kampus favorit, pengen beasiswa di luar negeri,
pengen punya anak, pengen punya modal, pengen punya modal, pengen
ngembangin usaha, pengen punya usaha, pengen naik karir, dll.
Ketika “pengen”, maka itu udah masuk wilayah doa. Bukan niat lagi.
Niatnya apa? Ya niatnya sedekah.
Doanya? Doanya supaya bisa selamet dari fitnah, dll. Semua yg disebut: setara, sama, serupa. Sebab sama-sama disebut doa.
Orang shalat tahajjud. Niatnya?
Ya tentunya niat shalat tahajjud. Usholii sunnatat-tahajjud…
Ketika dia shalat tahajjud supaya dinaikkan derajat, supaya jadi
orang kaya, dilapangkan rizki, lunas hutang, sembuh dari penyakit, dll.,
maka ketika ada kalimat “supaya”, maka itu masuk wilayah doa.
Sedekah, tanpa doa? 1 pahala.
Sedekah + doa ? 2 pahala.
Bila beda di awal, maka beda pula serencengan, he he he. Saya,
terhadap amal-amal lain, ya ga nyebut itu sbg pamrih. Bahkan ngarep di
mata saya, adalah juga doa. Amal tinggi banget bila seseorang bisa
ngarep sama Allah saja. Ga ngarep sama yang lain. Baru bermasalah, bila
ngarepnya ke orang. Dia bantu orang lain, tapi ada maunya dari orang
itu. Itu yg ga boleh. Atau riya (memperlihatkan amal kepada yg lain).
Atau sum’ah (memperdengarkan kpd yg lain).
Baca Qur’an, supaya dapat berkah. Boleh ga?
Nah di sini, beda konsep.
Baca Qur’an, niatnya apa?
Ya pastinya ridho Allah.
Ya baca Qur’an aja. Terus minta hidup berkah, kekayaan berkah, anak2
berkah, rumah tangga berkah, pekerjaan berkah, usaha berkah, umur
berkah, tenaga berkah.
Ketika nyebut “supaya”, itu udah masuk lagi2 ke wilayah doa.
Jangankan sekedar berkah, atau katakanlah bahwa permintaan itu adalah
“cuma” 1 permintaan. Dia minta sejuta permintaan, setelah baca Qur’an,
atau bahkan sebelum baca Qur’an, atau bahkan nih, tanpa baca Qur’an,
maka doa itu boleh banget2. Ngarep, boleh2 banget. Tidak ada satupun
yang berhak melarang.
Jika doa sudah disebut niat, maka itulah awal pertentangan atau perbedaan.
Koq sedekah pengen kaya?
Koq birrul walidain pengen diangkat derajatnya, koq dhuha pengen
dibuka rizki… Salah semua jadinya. Padahal, menurut konsep yg saya
ikutin, kalo masuk “supaya”, itu masuk wilayah doa sebagaimana disebut
di atas. Adalah rugi jika seseorang yg beramal saleh, lalu dia tidak
meminta kepada Allah. Rugi banget.
Tapi saya sangat setuju, jika kemudian permintaan itu tidak hanya
bersifat duniawi belaka. Tapi minta ridho Allah, minta surga,
pengampunan, selamat dunia akhirat. Apapun, itu namanya “minta”. Yg
bagus, beramal yang banyak, dan minta yang banyak.
Tulisan yg gini2, sdh jadi buku kompleto atas izin Allah. Judulnya: Boleh Ga Sih Sedekah Ngarep?
Boleh juga ada yg mengatakan. Niatnya melaksanakan tugas kantor.
Ngejar target. Supaya naik pangkat, supaya promosi. Supaya naik gaji.
Itu kalau di dunia manusia kerja. Apalagi kalau niatnya ibadah, ya keren
banget.
Seluruh motivasi dunia, dibenarkan, menurut saya, jika mencarinya “hanya” di Sisi-Nya, dan dg Cara-Cara-Nya.
Dunia adalah milik Allah. Dekatkan semua yang pengen dunia, dengan
Pemilik-Nya. Supaya mereka tidak meminta dunia dari selain-Nya, dengan
cara-cara yang tidak diridhai juga oleh Pemilik-Nya.
Dan ajarkan mereka yang kepengen dunia, sebagaimana kita mengajarkan
karyawan-karyawan kantor u/ bekerja terbaik, ngejar target, lalu dapet
bonus terbaik juga.
Maka ajarkan yg pengen dunia, apa-apa yang diperintahkan Pemilik
Dunia, spy dapat bonus banyak fii-haadzihil-hayaatid-duniaa… Ajarkan
mereka yang pengen dunia, untuk meninggalkan seluruh larangan Pemilik
Dunia. Spy dapet. Atau dapetnya dengan ridha-Nya.
Sbb banyak yg dapat, tp tidak dg Ridha-Nya. Dengan cara-cara yang
benar, cara2 yg betul, yg hati2, tapi penuh semangat, sbb dunia memang
milik Allah. Sementara itu, Allah pun mengajarkan, bahwa semua dunia
ini, ga ada seberapanya dibanding apa-apa yang Allah akan berikan di
negeri akhir. Ini dia… Ga seberapa dibanding dengan apa-apa yang Allah
akan beri di negeri akhir.
Jadi, bukan ga boleh. Justru boleh banget. Malah dimotivasi, bahwa
akan dapat yang lebih baik lagi nanti di akhirat. Ajarkan pula
kehati2an, bahwa jangan sampe berhenti di expecting something about
dunia only. Harus lebih powerful. Minta itu selalu dua, selalu seimbang:
permintaan dunia, permintaan akhirat… Kayak yg diajarkan Allah sendiri:
Rabbanaa aatinaa fid-duniaa hasanah, wafil-aakhiroti hasanah, wa qinaa
‘adzaabannaar.
Permintaan seimbang pun trnyata msh ga seimbang. Sbb Allah ngajarin
2:1, dua banding 1. Permintaan kebaikan negeri akhir, msh ditambah
permintaan selamat dan terlindungi dari api neraka. Dua permintaan
berbanding 1 permintaan di dunia.
Ini sekaligus ngajarin juga kita, bahwa sebaik-baik permintaan, tetap
permintaan akhirat. Tapi permintaan akhirat, tetaplah permintaan.
Artinya, ya harus juga diminta. Jangan diem aja. Jangan sampe sedekah ya
sedekah saja, baca Qur’an ya baca Qur’an saja, dhuha ya dhuha aja,
berbuat baik ya berbuat baik saja. Jangan. Kudu ada permintaannya. Kudu
ada doanya.
Salam. Selamat berbuat baik, dan berdoalah. Sesungguhnya Allah
menunggu dan mendengar doa. Silahkan share apa2 yang didapat di
www.yusufmansur.com atau di twitter @yusuf_mansur, ke sebanyak2nya
orang. Dan salamkan salam saya, agar perbanyak sedekah, supaya doa lebih
maqbuul lagi. Lebih dikabulkan. Juga jaga shalat fardhu berjamaah, di
masjid, khususnya di masjid, dan sebisa mungkin jauhi dosa, jauhi
maksiat.